Jumat, 28 Maret 2008

SATU LAGI PRESTASI SRIKANDI ALUMNI ITB MENDUNIA

2697250p.jpg Adalah DR. Ir. Made Tri Ari Penia inilah srikandi Alumni ITB jurusan Teknik Kimia angkatan 1995 berhasil meraih fellowship internasional bidang teknologi bioproses dalam program "For Women in Science 2008" yang diselenggarakan hasil kerjasama Unesco dan L'Oreal. Proposal bertajuk "Teknologi Bioproses: Konsepsi Prototip Bioreaktor untuk Pengembangan Stem Cells (sel punca)" yang diajukan wanita sederhana ini, telah mengangkatnya masuk dalam daftar 15 peneliti perempuan yang mewakili berbagai negara dari benua Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika, dan Asia Pasifik memperoleh penghargaan serupa pada tahun ini.

Peraih cumlaude pada sidang sarjana 1999 dan Doktor lulusan 2006 pada Delft University of Technology (TU Delft) Belanda ini menjelaskan dalam proposalnya, bahwa sel punca adalah sel-sel yang tidak atau belum terspesialisasi (terdeferensiasi) namun memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri (berpoliferasi) dan berdiferensiasi menjadi sel lain.

Sel-sel tersebut memiliki nilai yang sangat potensial dalam bidang kesehatan, contohnya untuk memproduksi sel-sel darah untuk proses transfusi darah. Sebelum potensi ini dapat diwujudkan dalam praktek masih terdapat beberapa hal yang terlebih dahulu harus dipecahkan.

Menurut staf pengajar Teknik Kimia ITB yang didaftar dosen ditulis dengan nama MTAP Kresnowati ini, untuk memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang banyak dan dengan kualitas yang memadai, misalnya, diperlukan suatu kondisi yang optimal.

Secara sederhana, bioreaktor berfungsi mengaduk sel dengan pengaturan temperatur tertentu. Nutrisi yang diberikan ke sel haruslah optimal dengan cara bioreaktor mengaduknya hingga nutrisi bisa terserap ke dalam sel secara merata. Analoginya, pembuluh darah tubuh manusia menyebarkan nutrisi. Semakin sehat pembuluh darah dan tanpa sumbatan, nutrisi tersebut akan mampu diserap oleh tubuh dengan baik. "Dalam penelitian ini sel yang akan diuji coba adalah induk sel dari sumsum tulang punggung,"ujarnya.

Menurut Penia, dalam bioreaktor ini pun dirancang media pembuangan sisa-sisa sel. Sel layaknya tubuh manusia yang mendapatkan makanan dan berkeringat. Dia tumbuh, makan, dan ada zat sisa atau pembuangan. Pengukuran juga dilakukan dalam hal menganalisis kondisi induk sel yang ditumbuhkan. Sebab setiap induk sel memiliki kondisi pertumbuhan yang berbeda- beda.

"Ini juga termasuk hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat bioreaktor untuk stem cell, yakni bagaimana membuang sisanya dari sel,"paparnya. Aplikasi pengobatan dengan teknologi stem cell saat ini memang sedang banyak dilakukan. Teknologi yang sering dijuluki sebagai obat awet muda ini sudah teruji berhasil mengatasi penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, ginjal, dan lain-lain. Stem cell bisa berkembang biak menjadi suatu organ tubuh yang ingin diperbaiki.

Doktor wanita yang bersuamikan Wawan Dhewanto (staf pengajar Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB) dan ibu dari seorang anak yang baru dilahirkannya pada bulan Februari 2008 itu, akan mengembangkan model bioreaktor untuk menumbuhkan (poliferasi dan diferensiasi) sel puncak.

Prestasi Penia ini disambut gembira Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco Prof Dr Arief Rachman MPd. "Unesco mendukung inisiatif ini dan terus menekankan pentingnya hadiah berupa penghargaan untuk mempublikasikan prestasi ilmiah perempuan seluas mungkin melalui panutan–panutan seperti Dr. Penia Kresnowati," katanya.

Menurut penjelasan Direktur PT L'Oreal Indonesia, Jean–Christophe Letellier, bahwa program For Women in Science dimaksudkan untuk menyatukan organisasi antar pemerintah dan perusahaan swasta. "Dengan prestasi Dr. Penia Kresnowati kami berharap program ini dapat lebih memotivasi peneliti muda perempuan Indonesia untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan sains di Indonesia dan terus membawa inovasi–inovasi mereka ke dunia global," ujar Letellier.

Sementara itu, Manajer Eksekutif Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo menyatakan, bahwa jumlah perempuan peneliti di Indonesia yang aktif dalam bidang riset masih terbatas. Diperkirakan, jumlahnya hanya sekitar 20 persen dari total jumlah peneliti yang ada. Untuk meningkatkan kesetaraan perempuan dalam dunia penelitian, perempuan harus diberikan kesempatan luas dalam berkarier ilmiah.

Dengan keberhasilan DR. Made Tri Ari Penia ini, artinya sudah dua tahun berturut–turut karya peneliti srikandi Alumnni ITB diakui dunia dalam program For Women In Science. Pada 2007, penghargaan yang sama diraih oleh DR. Fenny Dwivany, Alumni dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. /diolah dari berbagai sumber/(ers@ia.itb)

Referensi : http://www.ia-itb.com

Ibu Penia, Slamat ya!

Tidak ada komentar: